Bhgn. 2 Ustaz Syafrudin – Bahaya Jaringan Jum’iyah dan Yayasan Ihya'ut Turots dari Kuwait

Oleh: Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafrudin hafidzahullah

Mereka menyatakan bahwa mampu mendatangkan masyayikh berkali-kali. Sementara jelas-jelas, pembiayaan kedatangan para masyayikh tersebut dari dana  Jum’iyah Ihya’ut Turots (JI) sendiri, toh mereka tidak malu dan dianggap usaha yang telah berhasil.

Bertaqwalah kepada Allah, taubatlah kepada Allah, tinggalkan hizbiyah yang ada dengan hartanya (JI dan Ihya'ut Turots) dan kembali kepada tholabul ‘ilm, karena Allah meninggikan derajad orang-orang yang beriman dan berilmu.

Syaikh Ali Hasan bin Abdul Hamid bahkan menasehatkan supaya meninggalkan JI, yayasan Al Sofwah, tetapi toh masih tergiur dengan perkara apa yang dijanjikan oleh mereka. Bahkan sampai ta’ashub dengan kelompoknya, golongannya, sehingga menyatakan bahwa salafy yang murni adalah kelompok salafy yang ada di tempat fulani dan berada di bawah ustadz fulan. Dari situ muncul benih-benih jika apa-apa yang bukan dari tempat mereka adalah salah. Mirip ta’asubnya dengan pengikut madzhab-madzhab.

Imam Asy Syaukani, ketika memberi nasihat kepada orang-orang yang ta’ashub dengan madzhab-madzhab, sampai mengatakan sesuatu, bahwa sesuatu menurut kelompok tersebut adalah diterima, adapun jika ada kabar yang datangnya dari kelompok/golongan di luar/selain penganut madzhab, maka dipastikan keliru.

Seorang penganut madzhab,
“Mereka mengatakan yang demikian ini, pada kelompok kami tidak diperbolehkan. Siapa kalian, sampai menyatakan bahwasanya jika menurut kami ini tidak diperbolehkan?”

Datangkanlah hujjah/burhan, jika kalian orang yang jujur. Berhati-hatilah apabila merasa berbaju dengan baju ahlussunnah, salafy, tetapi tidak ada padanya.

“Seorang yang punya dengan apa yang tidak ada padanya, 
maka seperti orang yang berbaju kedustaan”

Dakwah Sururiyah mengaburkan dakwah salafiyah itu sendiri di kalangan para penuntut ilmu, maka para ulama dengan gencarnya memperingatkan dari bahaya Sururiyah ini.

Sebagaimana hadits Ka’ab bin ‘Iyadh :
“Dijadikan kepada setiap ummat ujian/fitnah, dan fitnah atas ummatku adalah berupa harta”. (HR Tirmidzi)

Apakah al Wa’la diterapkan pada para pengikut mereka, yang senang pada mereka, yang tidak pernah menyatakan ini salah, ini benar, yang diam ?. Sedangkan al Bara’ pada orang yang tidak bergabung/menentang mereka ?

Adapun yang membikin orang-orang awam terpengaruh, yakni orang-orang yang keluaran Jami’ah Islamiyyah as Su’udiyah, dengan gelar-gelarnya (Lc, MA, red), sehingga mungkin dengan cara demikian, di kalangan orang awam dapat lebih mendengarkan ucapan mereka ? Sesungguhnya ada orang yang bergelar lebih tinggi dari mereka tetapi manhajnya lebih batil, seperti murid-murid Muhammad Alwi Al Maliki.


Siapa manusia yang paling sesat di masa ini ?

Dijawab (syaikh Muqbil bin Hadi):
“Yakni Muhammad Alwi Al Maliki as Sufi yang telah dikeluarkan dari Makkah (dan dulunya pernah mengajar Bahasa Arab di Masjidil Haram), karena berpemikiran i’tizal”.

Kita berharap, mudah-mudahan dengan adanya para asatidzah dalam halaqah-halaqah ilmiah, yang membimbing kita semua dalam dirasah ilmiah, untuk membentengi diri. Jangan kemudian seolah-olah dengan adanya berita-berita hizbiyyahnya orang Jamilurrahman, Ihya'ut Turots, Ma’had Al Bukhari, tanpa membentengi dengan ilmu-ilmu syar’i. Sebab orang-orang yang bercokol padanya sifat-sifat pembelaan tentang hizbiyah pada dirinya, walaupun dinasehati, mereka akan berkelit, andaikan kita membawa 2 kaset, mungkin akan turun 10 kaset.

Hal ini terbukti, diantaranya yang pernah terjadi tatkala kita ziarah ke salah satu markaz dari salah satu murid asy Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah, yakni Syaikh Abdul Aziz al Bur’i, dimana beliau dengan gencarnya membantah seorang hizbi Muhammad al Mahdi, kata beliau:

“Setiap syi’ir yang aku berikan padanya, untuk membantah tentang hizbiyyahnya, 100 datang dari dia 200 balasan. Terus demikian. Tetapi orang ini sudah tidak ada nasihat lagi.”

Lihatlah ahlusunnah, mereka tidak dengan mudahnya mengatakan ma’had ini hizbi, fulan ini hizbi. Sebab perkara Jarh wa ta’dil bukan perkara yang ditopang oleh hawa nafsu, namun yang ada adalah nasihat. Ad Dien adalah Nasihat. Karena cintanya dengan saudara-saudara kita, berharap ingin bersatu. Namun dianggap sebagai orang-orang yang menyebabkan benih-benih permusuhan. Perkara Jarh wa Ta’dil dianggap ghibah yang terlarang oleh orang-orang yang tidak tahu.

Mudah-mudahan yang disampaikan ada manfaatnya dan kalian adalah sebagai saksinya. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang istiqomah dengan tholabul i’lm.

[Dikutip secara ringkas dari ceramah tiga ustadz di masjid Al Hasanah Jogjakarta, beberapa bulan yang lalu, pembicara Ustadz Syafruddin (Murid Syaikh Muqbil bin Haadi, Dammaj, Yaman)]

March 15, 2004
Sumber: http://www.salafy.or.id/2004/02/12/bahaya-jaringan-ji-dari-kuwait-dan-at-turots-2/

Ulasan