[Audio] Al-Ustadz Usamah Faishal Mahri – Daurah Slipi – Menjaga Keselamatan Agama di tengah-tengah Fitnah Syahwat dan Syubhat

Berikut ini rekaman Kajian yang di sampaikan oleh Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah pada acara Daurah di Masjid Al-Mujahidin, Slipi, 29 Safar 1434H lalu.

Selanjutnya, ikutilah penjelasannya melalui ramakan audio berikut:


Al-Ustadz Usamah Faishal Mahri
Sabtu, 29 / 02 (Safar) / 1434H -- 12 / 01 / 2013M
Masjid Al-Mujahidin, Slipi

01Menjaga Keselamatan Agama di tengah-tengah Fitnah Syahwat dan Syubhat6.7MB
02Tanya Jawab1.8MB




Diperbolehkan menyebarkan rekaman kajian ini untuk kepentingan da’wah, bukan untuk tujuan komersil. Untuk mengunduh / download sila right click pada link file yang berkenaan dan pilih "Save Link As ...". Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum.

- - - [Rakaman audio via http://kajian-almujahidin.blogspot.com/].

Ulasan

  1. Rekaman Tanya Jawab oleh Al-Ustadz Usamah Mahri -hafizhohullohu- di Masjid Al-Mujahidin, Slipi (13 Jan 2013) dengan Tema: “Menjaga Keselamatan Agama di tengah-tengah Fitnah Syahwat dan Syubhat”.

    Tanya: “Bagaimana sikap kita terhadap orang yang membela hizb…? (hizbiy mungkin maksudnya) baik secara terang-terangan atau secara sembunyi-sembunyi? Apakah masih diperbolehkan kami mengambil ilmu darinya?”

    Jawab: “Seperti tadi kalau sudah dinasehati orang semacam ini, sudah mengerti, tetap saja dia semacam ini…. Jangan engkau ambil ilmu darinya. Ilmumu adalah agamamu.” (Jawaban dari pertanyaan pertama, ustadz Usamah Mahri, 13 Januari 2013, Masjid al-Mujahidin SLIPI)

    BalasPadam
  2. Tanya: “Kenapa radio rodja ditahdzir? Bukannya mereka menyiarkan tauhid dan sunnah?”

    Jawab: “Berkali-kali kita jawab, itu yang dibicarakan para ulama… na’am, justru yang ditakuti, yang diwaspadai, ketika ahlul bid’ah itu membela sunnah….ketika ahlul bid’ah membela sunnah. Berkali-kali syaikh ‘Ubaid menyebutkan hafidzahullooh,” ikhdzaruu ahlal bid’a wa indzabbu ‘annis sunnah”. Para ulama… para aimmah mengingatkan demikian, “hati-hati kalian dari ahlul bid’ah kalaupun mereka membela-bela sunnah.” Tetaplah dia ahlul bid’ah! Makanya dalam hadits Rosulullooh ingatkan Shollalloohu ‘alaihi wassalam: “Innallooha yu aidu hadzad-dinu bi rojulun fajir”, terkadang Allooh membela agamanya ini dengan orang yang fajir. Yang dimaksud hadits kata syaikh ‘Ali al-Haddadiy,” untuk mengingatkan kita agar tidak terlena oleh kefajirannya.” Agar kita tidak tertipu oleh kefajiran…. Masya Allooh si fajir jadi orang qoyyid, jadi orang yang masya Allooh kamu sanjung, kamu cintai, kamu bela, karena dia membela agama Allooh? La, ya akhi… Justru hadits itu mengingatkan, jangan kamu tertipu, jangan kamu terlena oleh kefajirannya hanya karena dia membela agama Allooh. Mungkin…. Ahlul bid’ah tertentu membela…. sunnah…. Menyiarkan tauhid, membantah kebid’ahan bahkan beberapa bentuk kebid’ahan, ini… itu… tapi…, tidaklah menjadikan mereka sebagai orang yang patut diambil ilmu darinya. Dan penyimpangan seperti kata syaikh Robi’ hafidzahulloh: “Tidak semuanya nyata-nyata seperti matahari di siang bolong.” Orang kan mungkin terkecoh karena,..” Loh bagaimana dia disebut hizbiy atau mubtadi’ wong dia mendakwahkan tauhid, kitab tsalasatul ushul, atau kitab tauhid mungkin, kasyfu subhat, tauhidul arba’ yang diajarkan.” Ea… kata syaikh nggak semuanya, ada dari penyimpangan itu yang memang jelas, gamblang, ada yang samar, bahkan beliau sebutkan seperti: Safar al-Hawaliy mengajarkan kitab tauhid, aqidah at-Tohawiyyah, kitabnya ahlussunnah, tapi apa kemudian dengan itu berarti boleh belajar dan ambil ilmu darinya? La…, ahlussnnah tidak mudah untuk terkecoh, tidak mudah untuk dikibuli, hanya karena mereka mengajarkan yang benar? Ini akan membela? Na’am jika manhaj mereka seperti itu. Toh tetap saja seperti tadi pergaulan dan link mereka kepada orang-orang yang tidak teridhoi, terkait Ihyaut-Turots, Ibrohim ar-Ruhailiy, ‘Ali Hasan al-Halabiy yang terang-terangan mencela para masyaikh sunnah, memerangi para ulama’ sunnah, bahkan menyeru dan berusaha melegalkan… dakwah kepada persatuan agama, waliyadzubillah. Masih saja diundang mereka, dauroh bersama mereka, mereka ikuti, mereka hadiri, masya Allooh salafiyyin! Orang-orang semacam itu.” (Jawaban dari pertanyaan kedua, ustadz Usamah Mahri, 13 Januari 2013, Masjid al-Mujahidin SLIPI)

    BalasPadam
  3. Tanya: “Bagaimana, membolehkan radio rodja, terlebih khusus orang awam?”

    Jawab: ”La… Hatta orang awam diingatkan untuk menjauh, untuk tidak mendengarkan. Makanya syaikh Robi’ menyebutkan; “ hatta para ulama’ dahulu ketika mentahdzir ahlul bid’ah terutama bahkan orang awam, karena mereka lebih nggak tau, lebih nggak mengerti, tidak bisa memilah, harus diingatkan. Mudah tertipu malahan mereka, diingatkan untuk menjauh, dan tidak mendengarkan mereka.” (Jawaban dari pertanyaan ketiga, ustadz Usamah Mahri, 13 Januari 2013, Masjid al-Mujahidin SLIPI)

    BalasPadam
  4. Tanya: “Ana masih awam, ana kenal sunnah dari radio rodja, apakah boleh ana mengambil ilmu dari ustadz-ustadz rodja?’

    Jawab: “Tidak boleh”.

    Tanya: “Karena sebagian Ikhwah menyarankan untuk mengambil ilmu dari mereka.” (maksudnya ustadz yang tidak terfitnah, tidak terpaut link, tidak terpaut pergaulan, dengan radio rodja. – pentranskrip-).

    Jawab: “Na’am, itu yang betul. Menjelaskan pokok permasalahan, dan sebagainya tadi yang sudah kita sebutkan. Mengapa tidak boleh mengambil ilmu dari mereka? Karena ilmu itu agama, seperti kata imam Ibnu Sirin (rohimahullooh): “maka lihat, selektiflah dari siapa engkau mengambil ilmu agamamu!” (Jawaban dari pertanyaan keenam, ustadz Usamah Mahri, 13 Januari 2013, Masjid al-Mujahidin SLIPI)

    BalasPadam

Catat Ulasan