Membantah Kesalahan Bukan Mencari-Cari Aib

Bismillahirrohmanirrohim

DAKWAH INI MILIK ALLAH, ALLAH-LAH YANG MENJAGANYA

[DAKWAH TELAH ADA SEBELUM KITA ADA& DAKWAH AKAN TETAP ADA SETELAH KITA TIADA]

Tetaplah semangat wahai Ahlussunnah!!

Inilah Mutiara Ulama yang menjadi teladan kita:

Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhaly hafizhahullah berkata:

“Engkau memperbanyak jumlah Ahlu Dholal (adalah) jika engkau melihat mereka namun engkau diam tidak membantah mereka. Engkau (adalah) pendukung dan supporter mereka jika engkau melihat mereka melakukan kerusakan di muka bumi, namun engkau hanya membisu” (Majmu’ Fatawa 14/280)

[Sumber: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=136214]

Asy Syaikh Al Wushabi hafizhahullah:

“Hatimu  ya akhi bukan di tanganmu, maka jangan merasa aman dari makar Allah, jangan duduk-duduk bersama Ahlul Bathil, bagaimanapun keadaannya”

[Sumber: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=136213]

Inilah bingkisan dari tukpencarialhaq untuk membungkam syubhat orang-orang jahat semacam Jafar Salih, Hanan Bahanan, Munajat dan kru Halabiyunnya yang menjuluki Ahlussunnah yang menyingkap penyimpangan orang-orang bathil dengan julukan buruk semisal tajasus, intelijen, tukpencari aib, tukpencari fitnah, tukpencari bangkai dan lain-lain igauan dalam upayanya mengelabui umat dari berbagai bukti kejahatan mereka yang tidak bisa mereka dustakan. Dan merupakan bukti kebodohan mereka tetang manhaj Salaf sebagaimana yang akan disingkap, ditelanjangi dan dibeber kebatilan-kebatilan syubhat tersebut oleh Asy Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah. Walhamdulillah.


Membantah Kesalahan Bukan Mencari-Cari Aib

Di hari-hari ini banyak pihak yang mengingkari bantahan terhadap orang-orang yang salah dan menyelisihi dalil dengan berdalih (bukan berdalil, pent.) dengan hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi was salam naik mimbar lalu beliau menyeru dengan suara agak keras dengan bersabda:

يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الإِيمَانُ إِلَى قَلْبِهِ، لَا تُؤْذُوا المُسْلِمِينَ وَلَا تُعَيِّرُوهُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ المُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ.

“Wahai orang-orang menyatakan keIslaman dengan lisannya padahal iman belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menyakiti kaum Muslimin, jangan menghina mereka, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka, karena barangsiapa yang mencari-cari kesalahan-kesalahan saudaranya sesama muslim, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya dan barangsiapa yang Allah cari-cari kesalahannya maka Dia akan membongkar aibnya walaupun berada di dalam rumahnya yang paling tersembunyi.”(1)

Asy Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah ditanya:

Apakah membantah kesalahan-kesalahan sebagian manusia teranggap mencari-cari aib dan benarkah berdalih dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi was salam: “Wahai orang-orang menyatakan keislaman dengan lisannya…” dan apakah mencari kekeliruan dan kesalahan termasuk manhaj salaf?


Beliau hafizhahullah menjawab:

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على المبعوث رحمة للعالمين وعلى أله وصحبه وسلم أجمعين، أما بعد:

Jawaban bagi pertanyaan ini dengan kami katakan: Sesungguhnya membantah kesalahan yang sebagian manusia terjatuh padanya dalam perkara-perkara agama, perkara-perkara ilmu dan syariat, ini merupakan kewajiban atas para ulama. Dan wajib atas para penuntut ilmu yang mengetahui perbedaan antara yang haq dan yang bathil untuk menjelaskannya, dan ini bukan termasuk mencari-cari aib kaum muslimin.

Juga kami katakan bahwa penggunaan ucapan ini secara mutlak untuk membantah sikap menyelisihi dalil dan membantah kesalahan serta menamakannya dengan perbuatan mencari-cari aib, ini hanyalah muncul dari kalangan Hizbiyyun dan ahlul bathil yang suka memutarbalikkan fakta.

Perkara ketiga dengan kami katakan: Sesungguhnya membantah kesalahan menurut para ulama termasuk jihad fii sabilillah dan termasuk amar ma’ruf nahi mungkar. Adapun hadits “Wahai orang-orang menyatakan keIslaman dengan lisannya…” maka yang dimaksud bukanlah bantahan terhadap orang yang menyelisihi dalil. Tetapi yang dimaksud hanyalah mencari-cari aib manusia pada perkara-perkara dunia dan aib-aib manusia yang tersembunyi yang tidak nampak yang tidak diketahui.

Adapun seseorang menampakkan kebathilannya secara terang-terangan dan perkaranya nampak jelas, maka sesungguhnya hal ini hukumnya adalah sebagaimana yang dinukil beberapa ulama, yaitu disepakati bolehnya menyingkap kesesatannya, bahkan hal itu wajib, bahkan hal itu wajib.

Adapun apakah mencari-cari kesalahan dan kekeliruan termasuk manhaj salaf? Pertanyaan ini tidak diragukan lagi sangat aneh dan menunjukkan siapa saja yang mengingkari hal ini dia tidak mengetahui manhaj salaf, dan dia tidak mengetahui bagaimana para salaf mereka dahulu menyikapi orang yang menyelisihi dalil dan bagaimana mereka sangat keras sikapnya terhadapnya dan mengingkarinya secara langsung. Jadi para salafus shalih – semoga Allah meridhai mereka – dahulu mereka senantiasa menjelaskan kesalahan-kesalahan dan kekeliruan.

Di sini saya juga ingin menjelaskan sebuah perkara yang penting dan masalah yang membutuhkan kecermatan yang wajib untuk kita ingat baik-baik: Seorang penuntut dan seorang ulama karena banyak menyibukkan diri dengan ilmu, banyak menelaah kitab-kitab para ulama dan banyak bergaul dengan para penuntut ilmu, dia menjadi tahu perkara-perkara ini, bukan dalam rangka mencari-cari kesalahan, tetapi termasuk membahas, membaca dan menyebarkan ilmu.

Jadi, jika kesalahan-kesalahan tersebut melewatinya, maka sikap para penuntut ilmu ketika menjelaskan kesalahan-kesalahan ini bukan termasuk perbuatan mencari-cari kesalahan si fulan dan ketergelincirannya, bukan seperti itu.

Tetapi kita katakan kepada orang yang salah dan tergelincir ini: “Jika engkau tidak bisa menjelaskan ilmu dengan benar, engkau jangan bicara hingga kesalahan-kesalahanmu tidak dicari-cari!” Karena siapa saja yang menampakkan ilmunya yang dia miliki kepada kita, maka kita menyikapnya dengan sikap orang yang ingin mendapatkan faedah dan memberi faedah, juga mengingatkan dan meluruskan, sebagaimana ini merupakan sikap salafus shalih yang semoga mereka diridhai oleh Allah.

Jadi masalah yang sekarang ingin kita ingatkan yaitu bahwasanya para ulama dan para penuntut ilmu yang suka membantah orang yang menyelisihi dalil itu bukanlah perbuatan mencari-cari aib. Tetapi itu menunjukkan banyaknya kesibukan mereka dengan ilmu, banyak menelaah dan banyak faedah yang mereka miliki, maka ketika mereka menjumpai kesalahan-kesalahan ini mereka pun menjelaskannya.

Saya juga ingin menjelaskan atau mengingatkan perkara penting yaitu sebagaimana yang telah lalu bahwa manhaj salaf di dalam membantah orang yang menyelisihi dalil dan juga dalam menjelaskan kesalahan-kesalahannya, kita harus mengetahui dan memahami dengan yakin bahwa salaf – semoga Allah meridhai mereka – jika salah seorang dari mereka jatuh dalam sebuah kesalahan dan kesalahannya jelas baginya maka dia merasa senang, dia senang dengan hal ini lalu meninggalkan kesalahannya dan menyebarkan yang benar serta bersyukur kepada siapa saja yang menjelaskan kebenaran kepadanya.

Jadi, kalian yang menyatakan bahwa bantahan terhadap pihak yang menyelisihi dalil dan mencari-cari kesalahannya bukan termasuk manhaj salaf, kami katakan kepada mereka: Tidak demikian, bahkan itu termasuk manhaj salaf. Bahkan yang termasuk manhaj salaf jika ada salah seorang dari mereka terjatuh dalam kesalahan, jika kesalahannya jelas baginya maka dia segera kembali dan rujuk dengan terang-terangan dan dengan sikap yang jelas tanpa bersilat lidah, dan dia menyalahkan dirinya serta membebaskan agama Allah Azza wa Jalla dari kesalahpahaman dan kekeliruan serta kontradiksi.

Dan ini bersebarangan dengan apa yang kita lihat dan kita saksikan pada hari ini dari sebagian orang, jika kesalahannya dibantah dia berontak dan menganggap bahwa bantahan terhadapnya termasuk mencari-cari aib dan termasuk perbuatan menjatuhkan harga diri orang lain dan ungkapan-ungkapan lain yang tidak kita kenal kecuali dari hizbiyyun, dan yang termasuk orang sesat tersebut adalah Abul Hasan Al-Ma’riby dan pembebeknya.

Maka, wajib atas kita untuk waspada dari perkara ini dan dari cara pandang seperti ini. Jika engkau benar-benar orang yang berdakwah kepada agama Allah Azza wa Jalla, jangan pedulikan dan jangan engkau pandang dirimu karena ingin meraih popularitas di muka bumi, ketika itu engkau akan benar-benar mendapatkan kemuliaan dan kebathilan akan rendah. Namun jika engkau hakekatnya hanya mengajak manusia kepada dirimu sendiri, maka ketika engkau melihat bantahan terhadap orang yang menyelisihi dalil, ketika itu engkau akan menganggapnya sebagai perbuatan mencari-cari kesalahan dan ketergelinciran serta ungkapan-ungkapan rusak lainnya yang semisalnya, na’am.



Download audio di sini atau di sini.

Ditranskrip di:
http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=46116

_________
(1) HR. At-Tirmidzy no. 2032. Al-Albany rahimahullah berkata di dalam Shahih Sunan At-Tirmidzy 2/391: “Hasan.” Abu Dawud meriwayatkan no. 4880 dari Abu Barzah Al-Aslamy radhiyallahu anhu dan Al-Albany rahimahullah berkata di dalam Shahih Sunan Abu Dawud 3/197: “Hasan shahih.” Lafazh Abu Dawud adalah:

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلْ الْإِيْمَانُ قَلْبَهُ لا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِيْنَ وَلا تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعْ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِيْ جَوْفِ بَيْتِهِ.

“Wahai orang-orang menyatakan keimanan dengan lisannya padahal iman belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menghibahi kaum Muslimin dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka karena barangsiapa yang mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka maka Allah akan mencari-cari kesalahannya dan barangsiapa yang Allah cari-cari kesalahannya maka Dia akan membongkar aibnya walaupun berada di dalam rumahnya yang paling tersembunyi.” (pent)

Sumber: TukPencariAlHaq•Com


Ulasan